Arsitektur & Lingkungan

Posted on

Kesimpulan

Dalam menentukan arah dan kebijakan pembangunan berkelanjutan dengan mempertimbangkan kelestarian sumber alam, maka kondisi riil sumber daya alam perlu mendapat perhatian serius. Kondisi sumber daya alam saat ini dan kecenderungannya ke depan harus dijadikan dasar dalam menentukan pembangunan yang akan dikembangkan. Pembangunan yang berwawasan lingkungan terasa belum sepenuhnya dapat diterjemahkan oleh seluruh aparat pelaksana pembangunan, sehingga dalam pelaksanaannya tidak sesuai dengan kondisi lingkungan yang ada, sedangkan di pihak lainmasyarakat belum mengerti tentang arti penting kelestarian lingkungan. Kualitas lingkungan semakin menurun contohnya dengan banyaknya pantai dan sungai yang kondisinya kritis akibat abrasi dan erosi. Pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan dan tidak brencana yang mengakibatkan keseimbangan lingkungan menjadi rusak.
Dinamika perkembangan kehidupan manusia menunjukkan bahwa semakin modern tingkat kehidupan manusia, semakin besar sumber daya alam yang dikonsumsi dan semakin besar pula tingkat kerusakan dan pencemaran sumber daya alam yang ditimbulkan. Perkembangan kehidupan tersebut pada akhirnya menyebabkan semakin kristis/parahnya kondisi sumber daya alam. Halini juga secara langsung menunjukkan bahwa faktor prilaku manusia yang ada disekitar sumber daya alam yang ada tersebut menjadi sangat menentukan kondisi sumber daya alam ang ada tersebut menjadi sangat menentukan kondisi kondisi sumber daya alam yang ada di sekitar mereka.
Pada hakekatnya ruang-ruang pada arsitektur rumah tinggal baik pada masyarakat Barat maupun Timur pada awalnya mempunyai pola yang sama yaitu mempunyai konsep mitologi dan kosmologi pada penataan ruangnya. Dalam perjalanan sejarah kemudian masyarakat Barat mulai meninggalkan tahapan Mistis dan mulai memasuki tahapan Ontologis. Ini kalau kita mengacu kepada pembagian tahapan kebudayaan masyarakat menurut Van Peursen. Sedangkan masyarakat Timur cenderung masih mempertahankan kebudayaan mistisnya walaupun saat ini juga terlihat adanya perubahan akibat proses akulturasi.

  • ¬ Pemahaman tentang makna ruang yang terjadi sebenarnya tidak dapat dibedakan secara “hitam putih” dengan klasifikasi dikotomis Timur-Barat; Rasionalis- Romantis sebab dalam realitanya pada masyarakat Barat (Inggris, Jerman, Perancis dan Amerika) maupun pada masyarakat Timur (Jepang, Cina, Arab, Bali dan Jawa) sendiri di masing- masing kebudayaan juga memiliki perbedaan wujud dan makna ruang yang dijadikan wadah aktivitasnya. Seperti misalnya sama-sama antroposentris, tetapi di Barat ada generalisasi ukuran sedangkan di Timur mengacu kepada masing-masing tubuh pemilik rumah.
  • ¬Ruang dalam arsitektur merupakan suatu hal yang cukup misterius dimana keberadaannya cukup mengundang para arsitek untuk merenungi secara mendalam sebelum menata, merangkai menjadi suatu arsitektur dan menyesuaikannya dengan kebudayaan yang dipangku oleh pemakainya.
  • ¬ Paradigma berpikir tertentu ini tidak dapat digunakan sebagai dasar untuk memahami atau menilai karya arsitektur yang bersumber pada paradigma yang berbeda. Karena kalau dipaksakan akan menghasilkan suatu “Ecolo- gical Fallacy” (kesalahan berpikir yang timbul karena menyimpulkan dari satuan unit analisis yang berbeda).

Tinggalkan komentar